Utilitarianisme normatif dapat diungkapkan dengan imperatif yang sederhana, “Lakukanlah sesuatu yang dapat memberikan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang”.
Filsuf Inggris, Alfred North Whitehead, pernah mengatakan bahwa filsafat yang ada pada hari ini hanyalah ulasan panjang dari pemikiran Plato dan Aristoteles. Namun, khususnya dalam bidang etika, penulis berani mengatakan bahwa mazhab Stoa dan Epicurean adalah akar dari filsafat yang ada pada hari ini.
Baik mazhab Stoa maupun Epicurean memiliki doktrin yang masing-masing bertentangan satu sama lain. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan pandangan di antara keduanya dalam mengidentifikasi apa yang menjadi kebaikan tertinggi (Summum Bonum).
Mazhab Stoa menjadikan kebajikan sebagai kebaikan tertinggi, dan siapa pun yang melakukan kebajikan akan dianggap sebagai orang yang paling berhak atas kebahagiaan.
Sementara mazhab Epicurean menganggap sebaliknya; menurut mereka satu-satunya kebaikan tertinggi adalah kebahagiaan, dan siapapun yang berupaya menggapai kebahagiaan, dengan jalan apapun, maka ia akan dianggap sebagai orang yang telah sampai pada taraf kebajikan. Doktrin Epicurean inilah yang menjadi cikal bakal utilitarianisme.
Utilitarianisme sebagai doktrin etika sangat erat hubungannya dengan empirisme sebagai doktrin epistemologi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika utilitarianisme sendiri pada awalnya lahir di Inggris.
Istilah “utilitarianisme” di awal kemunculannya sama sekali tidak menunjukkan nama bagi doktrin etika, melainkan sebagai julukan bagi kelompok reformis sosial di Inggris yang menyerukan agar institusi-institusi sosial mempertimbangkan fungsinya di tengah-tengah masyarakat (Graham, 2015: 184). Orang yang paling berjasa menjadikan “utilitarianisme” sebagai nama doktrin etika adalah filsuf Inggris Jeremy Bentham.
Jeremy Bentham lahir di London pada 1748. Bentham adalah sosok yang luar biasa. Ia mengambil jurusan hukum di Universitas Oxford ketika usianya baru menginjak dua belas tahun dan lulus di usia lima belas tahun. Sekalipun Bentham lulusan hukum, namun hal itu justru membuatnya tidak mempercayai hukum Inggris pada waktu itu.
Menurutnya, hukum Inggris memiliki teori dan prosedur yang aneh sehingga akan sulit dipraktekkan. Dalam situasi seperti inilah kemudian Bentham menggunakan seluruh hidupnya untuk mengkampanyekan sistem perundang-undangan yang rasional, adil, dan berperikemanusiaan.
Dalam hidupya, Bentham aktif menulis. Namun, gaya penulisannya bersifat pragmentaris; seringkali ia beralih ke sebuah tulisan sebelum tulisan yang lain selesai. Kalau pun tulisannya sampai selesai, ia tidak pernah ambil pusing untuk menerbitkannya. Oleh karena itu, banyak tulisan-tulisan Bentham yang diterbitkan secara diam-diam oleh teman-temannya (Graham, 2004: 106-107).
Menurut Gordon Graham, Jeremy Bentham sebenarnya lebih pantas disebut sebagai ahli yurispudensi ketimbang sebagai filosof dengan alasan, bahwa Bentham tidak hanya mencurahkan hidupnya untuk mempelajari konstitusi, melainkan juga menciptakan konstitusi itu sendiri (Graham, 2004: 107).
Pandangan Graham tentu tidak sepenuhnya benar karena melalui yurispudensi, Bentham juga pada akhirnya tertarik dengan etika. Lagipula tidak akan menjadi persoalan jika kita mengatakan bahwa seseorang adalah ahli yurispudensi dan filosof sekaligus.
Pengaruh Bentham terhadap perundang-undangan di Inggris memang sangat kentara. Di Inggris pada waktu itu banyak orang yang diancam hukuman mati hanya karena kasus-kasus sederhana. Kemudian Bentham mengusulkan penghapusan hukuman mati kecuali bagi kejahatan-kejahatan yang dianggap fatal.
Bentham sendiri menyaksikan perubahan yang telah ia berikan; sebelum ia meninggal hukum pidana di Inggris telah menjadi lebih ringan. Bukan hanya dalam ranah hukum pidana, Bentham juga menganjurkan agar hukum perdata setidaknya memiliki empat tujuan, yaitu kelangsungan hidup, kecukupan, keamanan, dan kesetaraan.
Bentham tidak memasukkan kebebasan karena ia sependapat dengan Epicurus yang mengatakan bahwa manusia lebih menginginkan rasa aman ketimbang kebebasan. Bukan hanya kebebasan, Bentham juga memandang rendah doktrin hak asasi manusia. Ia mengatakan, “Hak manusia yang tidak ditentukan oleh hukum adalah omong kosong”.
Selama hidupnya, Bentham telah menghasilkan beberapa karya diantaranya A Fragment on Goverment yang terbit pada tahun 1776. Karya ini merupakan bagian kecil dati karya besarnya Comment on the Commentaries yang berisikan ketidaksepakatannya secara prinsipil dengan konsep hukum yang ada pada waktu itu. Kemudian Introduction to the Principles of Morals and Legislation yang terbit pada tahun 1789. Karya ini bisa dikatakan sebagai karya Bentham yang paling berpengaruh. Bentham juga mendirikan jurnal Westminster Review sebagai oposisi bagi jurnal-jurnal konservatif di masanya.
Bentham, sebagaimana yang telah disinggung di atas, hidup di abad ke-18. Itu artinya ia hidup dalam nuansa antroposentrisme yang tentunya akan sangat mempengaruhi cara berpikirnya. Dalam nuansa antroposentrisme orang mulai merubah cara berpikirnya mengenai etika. Nilai-nilai lama, seperti yang terdapat dalam nuansa teosentrisme, mulai mendapat tantangan. Dengan latar belakang ini, argumen Bentham dalam mendukung moralitas baru memiliki pengaruh yang sangat besar.
Moralitas, sebagaimana Bentham mengatakan, bukanlah perkara bagaimana anda menyenangkan hati Tuhan. Bukan pula perkara kesetiaan terhadap tradisi. Moralitas adalah perkara bagaimana umat manusia memperoleh kebahagiaan sebesar-besarnya di muka bumi.
Untuk mewujudkan semua itu moralitas harus didirikan di atas” prinsip utilitas”. Prinsip ini menuntut kita agar lebih mengutamakan tindakan-tindakan atau kebijakan-kebijakan yang dapat memberikan manfaat kepada setiap orang yang terlibat di dalamnya.
Utilitarianisme pada umumnya, termasuk utilitarianisme Bentham, tidak akan bisa lepas dari dua unsur, di mana unsur yang satu akan sangat mempengaruhi unsur yang lain. Unsur pertama, yang disebut sebagai utilitarianisme psikologis, adalah suatu pandangan yang meyakini bahwa secara kodrati tindakan manusia selalu didorong oleh hasrat untuk meraih sebanyak mungkin kebahagiaan dan menghindari sejauh mungkin penderitaan.
Dalam hal ini Bentham mengatakan, “Alam semesta menempatkan manusia di bawah aturan dua tuan yang berdaulat, penderitaan dan kebahagiaan. Kepada keduanyalah kita merujuk mengenai apa yang seharusnya kita lakukan” (Bentham, 2010: 2006).
Unsur yang kedua dari doktrin utilitarianisme adalah apa yang disebut utilitarianisme normatif, yaitu pandangan yang mengajarkan bahwa suatu tindakan akan dibenarkan selama ia menghasilkan kebahagiaan dan akan dianggap keliru jika melahirkan penderitaan.
Utilitarianisme normatif dapat diungkapkan dengan imperatif yang sederhana, “Lakukanlah sesuatu yang dapat memberikan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang”. Utilitarianisme normatif ini secara eksplisit sebenarnya termuat dalam proposisi kedua dari ungkapan Bentham di atas.
Sepintas kita tidak akan melihat adanya problem dari dua unsur utilitarianisme tersebut. Namun, jika diteliti lebih cermat, utilitarianisme psikologis sebagai ungkapan” apa yang senyatanya” (da sein) ternyata tidak memiliki hubungan logis dengan utilitarianisme normatif sebagai ungkapan “apa yang seharusnya” (da sollen). Jika kita mengetahui bahwa setiap orang selalu mengejar kebahagiaan, tentu sia-sialah memerintahkan mereka untuk mengejar kebahagiaan.
Bertrand Russell mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang baru dari doktrin utilitarianisme Bentham. Prinsip utilitas (The Greatest Happiness Principles) yang mengatakan, “Tindakan terbaik adalah tindakan yang menghasilkan kebahagiaan terbesar” untuk pertama kali ditemukan dalam karya Francis Hutcheson (1694-1746), seorang penganut Presbyterian yang menjadi profesor filsafat moral di Universitas Glasgow Skotlandia.
Karya Hutcheson yang di dalamnya termuat prinsip utilitas adalah Inquiry into the Original of Our Ideas on Beauty and Virtue. Namun, fokus utama Hutcheson dalam karya ini sangat beragam, dan dia sendiri tidak bermaksud mengembangkan prinsip utilitas sebagai doktrin filsafat. Di sinilah letak keunggulan Bentham, ia tidak hanya menjadikan prinsip utilitas sebagi doktrin filsafat, bahkan lebih dari itu, ia juga berupaya menerapkan prinsip tersebut dalam ranah praktis (Russell, 2007: 1008).
Keyakinan Bentham terhadap utilitarianisme psikologis membuat ia berpandangan sinis terhadap doktrin etika apa pun yang menjadikan asketisme sebagai prinsip. Menurut Bentham, prinsip asketik berlawanan dengan prinsip utilitas.
Prinsip asketik, sebagaimana Bentham mengatakan, takut akan kesenangan. Bentham menyebut ada dua golongan penganut asketis. Golongan pertama adalah para filsuf, tentu saja yang dimaksud para filsuf di sini adalah filsuf mazhab Stoa, dan golongan kedua adalah pengikut-pengikutnya.
Terhadap dua golongan tersebut Bentham mengatakan, “Para filsuf asketis yang ingin mendapatkan pujian, memuji diri sendiri dengan gagasan yang tampaknya di luar perikemanusiaan dengan memandang hina kesenangan vulgar. Mereka mengharapkan reputasi dan kemuliaan sebagai imbalan atas segala pengorbanan yang tampaknya mereka lakukan demi kekerasan aturan mereka.”
Lebih lanjut Bentham mengatakan, “Para penganut asketis adalah orang-orang lugu yang didera teror sia-sia. Dalam pandangan mereka manusia hanyalah makhluk hina yang harus menghukum dirinya sendiri tanpa henti untuk kejahatan yang tengah dilahirkan dan tidak pernah mengalihkan pikirannya dari jurang penderitaan abadi yang siap menganga di bawah kakinya” (Bentham, 2007: 28).
Utilitarianisme dapat disebut sebagai bagian dari etika teleologi yang biasanya dipertentangkan dengan etika deontologi. Etika teleologi sendiri menjadikan tujuan sebagai prinsip dasar dan dengan tujuan pulalah mereka menilai sarana. Persoalannya kemudian adalah, apakah tujuan, semulia apapun itu, dapat melegalkan sarana? Untuk lebih jelasnya penulis akan mengambil contoh kasus sebagai berikut.
Ketika Perang Dunia ke-II bergejolak, Harry Truman (Presiden Amerika ke-33) dengan tegas menandatangani surat perintah pemboman Hiroshima. Bukan hanya itu, Truman juga merasa bangga dengan keputusannya karena, dengan begitu, ia merasa telah berjasa dalam menghentikan perang yang berkepanjangan (Rachels, 2017: 213-215). Tentu saja Truman tidak semena-mena dalam mengambil keputusan.
Rektor Harvard, James Bryant Conant, sangat berperan penting dalam meyakinkan Truman bahwa menjatuhkan bom atom di Hiroshima adalah suatu keharusan (Sardar, 2002: 20). Dalam kasus seperti ini, dapat dilihat bahwa tindakan dehumanisasi sewaktu-waktu dapat dibenarkan atas nama kebahagiaan.
Kembali lagi, dapatkah tindakan yang seperti itu dibenarkan? Jawaban yang positif atas pertanyaan tersebut adalah konsekuensi logis dari utilitarianisme Jeremy Bentham, bahkan terlepas dari apakah Bentham pernah secara eksplisit menjawab pertanyaan itu atau tidak.
Penulis berasumsi, andai saja Bentham hidup di masa Perang Duni II, ia akan menyetujui apa yang telah dilakukan Truman. Bukan hanya menyetujui, Bentham juga akan menganggap pemboman Hiroshima merupakan kewajiban moral. Asumsi seperti ini bukan tanpa alasan; pendapat Bentham yang mengatakan bahwa menghukum orang yang tidak bersalah sewaktu-waktu dapat dibenarakan (Bentham, 2007: 362), sudah cukup membuktikan asumsi seperti itu dapat diterima.
Adalah John Stuart Mill yang memberikan perubahan besar bagi utilitarianisme Bentham. John Mill adalah filsuf Inggris yang lahir di London pada tahun 1806. Pendidikan pertama ia peroleh dari ayahnya, James Mill, filsuf Skotlandia yang memiliki hubungan baik dengan Jeremy Bentham.
Di usianya yang ke lima belas tahun, John Mill untuk pertama kalinya bersinggungan dengan karya-karya Bentham yang sangat mempengaruhi cara berpikirnya di kemudian hari.
John Mill dapat dikategorikan sebagai filsuf utilitarianisme, namun ia tidak menerima begitu saja utilitarianisme Jeremy Bentham. Bentham, begitu pula James Mill, tidak menginginkan apa pun selain kebahagiaan. John Mill sejak awal telah menyadari bahwa uitilitarianisme Bentham sewaktu-waktu akan menciderai martabat manusia.
Manusia, menurut John Mill, berbeda dengan makhluk lainnya, bukan karena ia memiliki akal budi, juga bukan karena manusia itu makhluk yang mampu menciptakan alat-alat produksi, melainkan karena ia adalah makhluk yang bebas; makhluk pencari tujuan-tujuan hidup dan bukan hanya sekedar sarana.
Berkat John Mill, utilitarianisme itu sendiri dalam perkembangannya terpecah menjadi dua aliran, yaitu utilitarianisme tindakan dan utilitarianisme aturan.
Berbeda dengan utilitarianisme tindakan yang digagas Bentham, utilitarianisme aturan John Mill mengharuskan setiap orang untuk bertindak sesuai dengan tata perilaku yang paling kondusif dengan kebahagiaan terbesar. Anggaplah terdapat suatu masyarakat yang di dalamnya utilitarianisme Bentham diberlakukan, maka menurut John Mill, kebahagiaan terbesar yang dicita-citakan tidak akan pernah terwujud karena setiap individu akan selalu dibebani rasa takut jika sewaktu-waktu kehidupannya akan dikorbankan atas nama kebahagiaan terbesar.
John Mill mengatakan, “Tatanan moral yang melarang saling melukai (di mana kita jga harus menganggap interferensi terhadap kebebasan manusia sebagai hal keliru) adalah lebih penting bagi kebaikan umat manusia ketimbang maxim apapun, betapapun penting maxim tersebut, yang hanya merujuk pada model terbaik dalam mengatur urusan manusia” (Graham, 2004: 193-194).
Ilustrasi: humanprogress.org
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.
buy lasuna pills for sale – lasuna online order himcolin without prescription
buy besifloxacin sale – carbocisteine canada order sildamax without prescription
order neurontin online cheap – buy cheap motrin azulfidine 500mg for sale
probalan for sale online – monograph 600mg price purchase carbamazepine online
colospa medication – order pletal 100 mg online cilostazol for sale online
celebrex 200mg pill – indocin 50mg generic indomethacin order
voltaren generic – cost diclofenac 50mg order aspirin 75mg online cheap
oral rumalaya – elavil 50mg without prescription purchase endep online cheap
oral pyridostigmine 60mg – buy mestinon 60 mg online purchase imuran sale
order diclofenac for sale – order generic isosorbide 20mg purchase nimodipine generic
buy generic ozobax – purchase baclofen feldene 20mg tablet
buy mobic online – cheap maxalt 10mg toradol usa
buy cyproheptadine 4mg pills – buy cyproheptadine 4 mg pills buy tizanidine generic
trihexyphenidyl price – artane brand buy diclofenac gel for sale
omnicef 300mg pills – clindamycin over the counter buy cheap generic cleocin
order generic isotretinoin 20mg – order absorica pill buy deltasone pill
generic prednisone 20mg – prednisolone price order permethrin sale
permethrin for sale – acticin sale retin us
buy metronidazole 200mg generic – cheap cenforce 50mg order cenforce 100mg online cheap
augmentin 625mg ca – synthroid online synthroid order
buy generic cleocin over the counter – cleocin oral buy indomethacin paypal
order generic losartan – keflex 125mg without prescription buy cheap generic keflex
eurax oral – oral aczone order aczone pills
bupropion 150mg drug – how to get shuddha guggulu without a prescription purchase shuddha guggulu generic
modafinil 100mg uk – purchase promethazine pill buy meloset without prescription
purchase progesterone generic – order clomiphene 100mg online buy clomiphene for sale
order capecitabine 500mg online cheap – naprosyn 500mg usa cheap danocrine 100mg
buy aygestin 5mg sale – cheap yasmin pill buy cheap yasmin
order fosamax 70mg pills – order nolvadex without prescription order medroxyprogesterone online cheap
order cabergoline 0.25mg pills – buy alesse generic order alesse without prescription
purchase yasmin generic – buy arimidex 1mg without prescription oral anastrozole 1 mg
г‚·гѓ«гѓ‡гѓЉгѓ•г‚Јгѓ« и–¬е±ЂгЃ§иІ·гЃ€г‚‹ – バイアグラジェネリック йЂљиІ© г‚·г‚ўгѓЄг‚№гЃЇи–¬е±ЂгЃ§иІ·гЃ€г‚‹пјџ
гѓ—гѓ¬гѓ‰гѓ‹гѓі гЃЉгЃ™гЃ™г‚Ѓ – гѓ—гѓ¬гѓ‰гѓ‹гѓі е‰ЇдЅњз”Ё г‚ёг‚№гѓгѓћгѓѓг‚Ї гЃЇйЂљиІ©гЃ§гЃ®иіј
гѓ—гѓ¬гѓ‰гѓ‹гѓі гЃЉгЃ™гЃ™г‚Ѓ – г‚ўг‚ュテインは薬局で買える? イソトレチノイン еЂ¤ж®µ
eriacta judge – eriacta bell forzest price
crixivan pills – finasteride usa emulgel purchase online
valif fantastic – sinemet 10mg us cost sinemet 10mg
order modafinil online cheap – order provigil 100mg generic epivir tablet
order isotretinoin generic – cheap decadron 0,5 mg linezolid 600 mg canada
brand amoxicillin – amoxicillin tablet combivent 100 mcg price
generic azithromycin 250mg – buy nebivolol medication brand nebivolol
If you re taking an SSRI to treat depression or menopausal symptoms, talk with your health care provider about possible drug interactions and other treatment options pediatric augmentin dose 1997; 3 421 422
order prednisolone 40mg sale – progesterone drug prometrium oral
buy gabapentin generic – order gabapentin 100mg without prescription where to buy sporanox without a prescription
lasix 40mg brand – furosemide online buy betnovate cream for sale