Pencerapan, Konsep, dan Obsesi

Kita melihat sesuatu menggunakan mata dan konsep. Di samping menggunakan telinga, kita juga mendengar menggunakan konsep. Setiap pengalaman selalu melibatkan konsep.

Setiap saat kita melihat, mendengar, dan meraba sesuatu. Pendek kata, kita mencerap sesuatu menggunakan indera kita. Kita tentu melihat sesuatu dengan mata kita, mendengar sesuatu dengan telinga kita, mengecap sesuatu dengan lidah kita, karena ini adalah indera-indera yang kita miliki ketika kita berinteraksi dengan dunia luar.

Pertanyaannya, apakah kita melihat sesuatu semata-mata menggunakan mata atau mendengarkan sesuatu semata-mata menggunakan telinga kita saja? Ternyata tidak. Kita melihat sesuatu menggunakan mata dan konsep. Di samping menggunakan telinga, kita juga mendengar menggunakan konsep. Setiap pengalaman selalu melibatkan konsep.

Pencerapan indrawi dan konsep ini satu paket yang tidak bisa dipisahkan. Ini sejalan dengan pendapat Immanuel Kant yang menyatakan bahwa “pemikiran tanpa isi adalah kosong, intuisi (pencerapan langsung) tanpa konsep adalah buta”.

Konsep-konsep yang digunakan untuk melihat atau mendengar ini sudah ada di dalam diri subjek sebelum proses pencerapan terjadi. Konsep-konsep ini bersifat a priori di dalam diri subjek. Ketika data inderawi masuk, misalnya berupa data penglihatan atau pendengaran, ia langsung ditangkap oleh konsep-konsep yang terdapat di dalam subjek. Ketika data inderawi yang bersifat a posteriori dan konsep-konsep yang a priori bertemu, maka hasilnya berupa pengalaman, begitu menurut Kant.

Pertanyaannya, dalam kegiatan mengetahui mana yang lebih menentukan, struktur a posteriori yang ada di luar subjek ataukah struktur a priori yang ada di dalam subjek? Kant menyatakan bahwa struktur a priori yang ada di dalam subjek lebih penting ketimbang data inderawi yang berasal dari objek.

Sebelum mengarahkan diri kepada objek ada baiknya perhatian ditujukan kepada subjek. Bukan subjek yang mengarahkan diri pada objek, sebaliknya objeklah yang harus mengarahkan diri kepada subjek. Pembalikan hubungan subjek-objek inilah yang dikenal sebagai Revolusi Kopernikan kedua dari Immanuel Kant.

Dengan demikian ketika kita melihat kita lebih mengedepankan konsep ketimbang mata. Begitu pun ketika mendengar, kita lebih mengedepankan konsep ketimbang telinga. Saya mengambil contoh salah satu lagu India yang coba ditangkap oleh telinga orang Indonesia. Dari sini dapat ditelaah bahwa sesungguhnya kita mendengarkan sesuatu berangkat dari hal-hal yang ada di dalam diri kita, berupa konsep-konsep yang bersifat a priori dulu baru kemudian hal itu diterapkan pada sesuatu yang kita dengar.

Lalu siapa yang benar, telinga orang India atau telinga orang Indonesia? Sudah pasti telinga orang India benar karena mereka menangkap itu dengan dengan konsep mereka. Lalu apakah telinga orang Indonesia otomatis keliru? Tidak juga karena orang Indonesia menangkapnya dengan konsep mereka sendiri. Keduanya memiliki konsep yang berbeda terhadap hal pendengaran yang sama. Yang tidak bisa adalah memaksakan satu konsep itu kepada pihak lain.

Dari contoh ini kita belajar bahwa sesungguhnya kita memproyeksikannya hal-hal yang ada di dalam diri kita kepada hal-hal yang ada di luar diri kita. Entah itu berupa pendengaran atau penglihatan. Jadi apa-apa yang kita dengar sebetulnya adalah hal-hal tersimpan di dalam diri kita. Juga demikian pula apa-apa yang kita lihat adalah hal-hal yang tersimpan di dalam diri kita pula.

Jika seseorang terobsesi akan sesuatu, maka yang ia lihat atau ia dengar adalah hal-hal yang berhubungan dengan obsesinya tersebut. Kita tidak bisa memaksakan obsesi kita kepada orang lain. Jika kita melihat sesuatu dalam suatu objek kita tidak bisa memaksakan penglihatan kita kepada orang lain karena boleh jadi orang lain memiliki konsepsi yang berbeda dengan diri kita.

About Novian Widiadharma

Dosen Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

View all posts by Novian Widiadharma →

344 Comments on “Pencerapan, Konsep, dan Obsesi”

  1. Hello!

    This post was created with XRumer 23 StrongAI.

    Good luck 🙂

  2. Hello.

    This post was created with XRumer 23 StrongAI.

    Good luck 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *