‘Indonesia Merdeka’ atau ‘Indonesia Mulia’: Paradoks Nasionalisme

Konon ketika lagu kebangsaan Indonesia raya pertama dikumandangkan dalam kongres pemuda yang melahirkan sumpah kebangsaan di tahun 1928, teks atau lirik lagunya bukan ’indonesia raya, merdeka-merdeka’ seperti dikenal sekarang, namun ‘Indonesia raya, mulia-mulia’. Mengapa demikian? Tentu, karena seruan ‘merdeka’ dianggap berbahaya dan dapat memancing tindakan reaksi dari otoritas pemerintah Hindia Belanda.

Pada saat itu kebijakan kolonial etis cukup memberi ruang pada ekspresi nasionalisme Bumiputera yang bersemangat ‘asosiasi’ untuk membangun peradaban Jawa, atau Indonesia dalam kerangka kerjasama dengan kerajaan Belanda sebagai patronnya – hingga pada saatnya negara kolonial akan bertransformasi menjadi negara merdeka. Ungkapan ‘Indonesia mulia’ adalah sesuatu yang jamak di kalangan nasionalis kooperatif seperti Budi Utomo untuk mengekspresikan kebangsaan sebagai pembangunan peradaban.

Akan tetapi di sisi lain, kaum terdidik Indonesia sadar bahwa negara dan tatanan kolonial berdiri atas dasar ketidaksetaraan dan penghisapan. Hal yang memungkinkan penjajahan berkaitan dengan dua kondisi: pertama, struktur masyarakat yang hierarkis dan feodalis di mana kaum petani dieksploitasi oleh para bangsawan, dan kedua kapitalisme (industrial) modern Eropa yang membutuhkan sumber daya dari negeri jajahan. Dalam sejarah imperialisme modern, perkembangan kedua kemudian mengkooptasi yang pertama.

Selain dua faktor itu, perkembangan sains Barat khususnya gagasan supremasi rasial kulit putih hanya mempertajam hierarki dan hubungan eksploitatif. Maka bagi kaum nasionalis dunia ketiga, eksistensi nation-state berkaitan erat dengan ide pembebasan dan penciptaan kesetaraan antar manusia.

Lahirnya ide tentang ‘Indonesia merdeka’ untuk sebagian besar berhutang secara intelektual pada tradisi Marxisme Eropa, meski dalam praktiknya – karena sangat minimnya kesadaran kelas – upaya merebut kemerdekaan dengan memobilisasi massa hanya dapat dilakukan melalui perantaraan simbol kepemimpinan religius dan tradisional-karismatik dalam masyarakat.

Pada perkembangannya kemudian, rivalitas antara kepemimpinan religius dan tradisional, juga perbedaan visi antara mereka yang mengedepankan ‘Indonesia merdeka’ versus ‘Indonesia mulia’ telah membentuk pembelahan ideologis yang dampaknya berlangsung hingga sekarang. Pemikiran bahwa Indonesia ada untuk pembebasan dan kesetaraan membentuk dasar dari kritisisme terhadap hegemoni neo-imperialisme (ekonomi-politik) Barat, mentalitas feodal dan korupsi kekuasaan yang tetap menjadi masalah.

Nyaris semua gerakan pro-demokrasi ada di spektrum politik ini. Isu dinasti politik yang mengemuka menjelang pemilu 2024, dilihat bukan saja sebagai pengkhianatan terhadap cita-cita reformasi Mei 1998 namun juga tujuan negara republik secara keseluruhan. Di lain sisi, dukungan persisten terhadap Jokowi terlepas dari apapun langkah politiknya menunjukkan bertahannya visi ‘Indonesia mulia’; Orang-orang ini merasa yakin bahwa di bawah kepeloporannya, Indonesia akan meningkatkan posisi tawarnya sebagai salah satu kekuatan besar di Asia. Pikiran semacam ini ternyata bukan saja bercokol di benak para modernisator-developmentalis, namun juga para revivalis kultural Jawa yg melihat visi pemerintahan sekarang ini dari perspektif mistis.

Awal dari visi ‘Indonesia mulia’ dapat digambarkan sebagai dampak kawin-silang antara modernitas Barat dan tradisi setelah masuknya pengaruh Eropa terutama di istana-istana Jawa – Yogyakarta dan Surakarta. Fenomena ini dalam beberapa segi dapat dilihat sebagai bagian dari kebangkitan Asia, atau pan-Asiatisme sebagaimana dipelopori kekaisaran Jepang setelah restorasi Meiji (1867-68). Aspek yg lebih kontroversial adalah bahwa gagasan revivalisme tertentu merupakan efek dan rekayasa kesarjanaan ‘orientalis’ kolonial.

Ramalan akan restorasi peradaban Jawa/Nusantara lima abad setelah keruntuhan Majapahit (tahun 1478 atau tahun 1527) mengimplikasikan pandangan akan Majapahit sebagai era klasik, setara dengan masa Greko-Romawi atau Hellenistik di dunia Barat – yang runtuh karena penetrasi dan dominasi agama zaman pertengahan, baik Kristen ataupun Islam.

Di Barat transisi menuju modern dalam bentuk renaisans dan pencerahan menyebabkan bukan saja sekularisasi dunia Kristen, namun juga gerakan untuk memulihkan kepercayaan kuno, atau wawasan esoteris dan spekulasi-spekulasi metafisika yang memungkinkan adanya revolusi saintifik. Oleh kaum etisi dan orientalis kolonial termasuk para teosof, perkembangan ini diproyeksikan pada tafsiran tentang sejarah Nusantara. Dengan demikian Islam sebagai oposisi terhadap modernisasi dapat dipinggirkan, dengan menunggangi sentimen-sentimen kejawen tradisional.

Salah satu organisasi nasionalis yang mengemban cita-cita ‘Indonesia mulia’ ialah Partai Indonesia Raya (Parindra), penerus Budi Utomo yg dibentuk tahun 1935. Dipengaruhi oleh pemikiran moderat Soetomo, partai ini mengupayakan pembangunan sosiokultural masyarakat, perbaikan kesejahteraan sosial dengan menolak paham pertentangan kelas, dan lebih menyukai integrasi sosial dalam kesatuan organik.

Pada tahun 1930-an dan seterusnya, Parindra mewakili arus-utama pemikiran priyayi Jawa di mana diantara tokoh-tokohnya mencakup ahli hukum adat Prof R. Soepomo dan pegiat koperasi Margono Djojohadikusumo, ayah Sumitro ekonom dari Partai Sosialis Indonesia (PSI) dan kakek Prabowo Subianto. Banyak pengamat menyinggung ‘aliran Parindra’ sebagai salah satu sumber ideologis dari korporatisme pembangunan Orde Baru, disamping simpati mereka yang samar-samar terhadap fasisme Eropa dan modernisasi yang tidak meninggalkan etos tradisional kesatriaan sebagaimana diterapkan oleh kekaisaran Jepang.

Di antara semua tokoh pemimpin tampaknya hanya Sukarno yg mampu merekonsiliasi cita-cita ‘Indonesia merdeka’ dan ‘Indonesia mulia’ dalam kesatuan ideal. Baginya, cita-cita pembebasan dan kesetaraan tidak dapat diwujudkan tanpa membangun solidaritas internasional di mana Indonesia mampu menghimpun kuasa (setidaknya secara ideologis) dan menjadi pemuka di antara bangsa-bangsa Dunia Ketiga. Antagonisme yang meningkat antara Sukarno dan kelompok Islam pasca-kemerdekaan menyebabkan Bung Karno juga menjadi tokoh yang diidolakan di kalangan kejawen. Hanya saja, kejadian-kejadian tragis di sekitar tahun 1965 menghancurkan prospek penyatuan kedua visi itu.

Politik luar negeri dan haluan pembangunan yang bergeser menuju orbit kapitalisme Barat, dan ‘perang kelas’ oleh kaum komunis melawan birokrat tradisional selama kampanye reforma agraria antara 1960-1965 menyebabkan retaknya hubungan antara gerakan kiri dengan kejawen atau minoritas religius yang sulit diperbaiki.

Masalahnya, apakah visi-visi ideologis ini relevan dan menjadi determinan dalam suatu negara pembangunan yang dikuasai oligarki-oligarki ekonomi-politik? Dalam lingkaran elite sangat mungkin ini tidak relevan, namun ide-ide yang dibicarakan di atas masih terus menjadi pertimbangan yang mengarahkan preferensi politik. Kenyataan bahwa ada sebagian kecil orang yang tidak terlalu peduli (jika tidak malah mendukung) potensi Indonesia menjadi negara kerajaan sebagai ongkos politik untuk menjadikan Indonesia negara superpower dan sepenuhnya sekular menunjukkan hal itu.

Ilustrasi: Pratama Media Indonesia

360 Comments on “‘Indonesia Merdeka’ atau ‘Indonesia Mulia’: Paradoks Nasionalisme”

  1. certainly like your website however you have to take a look at the spelling on quite a few of your posts. A number of them are rife with spelling issues and I to find it very troublesome to tell the reality then again I will surely come again again.

  2. Tonic Greens: An Overview Introducing Tonic Greens, an innovative immune support supplement meticulously crafted with potent antioxidants, essential minerals, and vital vitamins.

  3. Does your blog have a contact page? I’m having trouble locating it but, I’d like to shoot you an e-mail. I’ve got some recommendations for your blog you might be interested in hearing. Either way, great website and I look forward to seeing it develop over time.

  4. Hello, you used to write great, but the last few posts have been kinda boring?K I miss your tremendous writings. Past several posts are just a little out of track! come on!

  5. Hey! Do you know if they make any plugins to assist with SEO? I’m trying to get my blog to rank for some targeted keywords but I’m not seeing very good success. If you know of any please share. Appreciate it!

  6. Great post. I was checking continuously this blog and I am impressed! Extremely useful info specially the remaining phase 🙂 I take care of such information a lot. I was seeking this certain information for a very long time. Thank you and best of luck.

  7. Im no longer sure where you’re getting your info, however great topic. I needs to spend some time studying more or understanding more. Thank you for fantastic information I used to be in search of this information for my mission.

  8. It’s really a cool and helpful piece of info. I’m glad that you just shared this helpful information with us. Please stay us informed like this. Thanks for sharing.

  9. Your blog is a treasure trove of valuable insights and thought-provoking commentary. Your dedication to your craft is evident in every word you write. Keep up the fantastic work!

  10. Whats Happening i am new to this, I stumbled upon this I have discovered It positively useful and it has aided me out loads. I am hoping to give a contribution & assist different users like its helped me. Great job.

  11. You can definitely see your enthusiasm in the work you write. The sector hopes for more passionate writers like you who are not afraid to mention how they believe. All the time follow your heart.

  12. Thank you for the sensible critique. Me & my neighbor were just preparing to do a little research about this. We got a grab a book from our local library but I think I learned more clear from this post. I’m very glad to see such excellent info being shared freely out there.

  13. Pretty section of content. I just stumbled upon your site and in accession capital to assert that I acquire actually enjoyed account your blog posts. Any way I will be subscribing to your feeds and even I achievement you access consistently quickly.

  14. Thank you for every other informative web site. The place else may just I am getting that kind of information written in such an ideal approach? I’ve a venture that I am just now working on, and I have been on the look out for such information.

  15. Hey there! This is my first visit to your blog! We are a group of volunteers and starting a new project in a community in the same niche. Your blog provided us beneficial information to work on. You have done a wonderful job!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *